1.7.18

Khasiat Buah Manggis


Pengobatan tradisional dengan memakai materi alam berupa tumbuhan obat sudah dikenal lama, khususnya semenjak awal keberadaan manusia. Adalah Hippocrates (468-377 SM) dari Yunani yang mengelompokkan semua makanan dan tumbuhan obat. Kemudian Caludius Galenus, tabib istana Raja Marcus Aurcilus, memelopori penggunaan tanaman obat dalam bentuk ekstrak.

Dalam 40 tahun terakhir ini, penelitian dan pemanfaatan tumbuhan obat terus meningkat, terutama setelah kejadian thalidomide tahun 1950-1960. Saat itu sedikitnya 2.000 bayi lahir dalam kondisi cacat, tanpa mempunyai lengan atau tungkai. Setelah ditelusuri, cacatnya bayi-bayi tersebut diakibatkan para ibu hamil mengonsumsi Thalidomide yang mengandung enantiomer sebagai zat penenang. Obat itu pun dinyatakan hanya boleh didapat dengan resep dokter. Baru pada November 1962, thalidomide ditarik dari pasaran. Sejak ketika itu undangan back to nature dalam bidang kesehatan mulai digencarkan.

Sebagai negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang melimpah, Indonesia mempunyai sumber tumbuhan herbal yang tiada habisnya. Salah satu tumbuhan yang juga mempunyai khasiat pengobatan yaitu buah manggis. Tak hanya nikmat disantap sebagai buah segar, manggis juga mempunyai sejumlah kemampuan lain. Bahkan hampir semua bab badan tanamannya yang mempunyai khasiat tersebut. Secara tradisional manggis dipakai sebagai obat sariawan, wasir, dan luka.

Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Bandung Prof. Dr. H. R. Sidik memberikan sejumlah khasiat obat dari buah manggis di depan penerima pembinaan "Roadmap dan Teknologi Pengembangan Agroindustri Buah Manggis dalam Upaya Akselerasi Ekspor" di Grha Sanusi Hardjadinata beberapa waktu lalu.

Sidik menjelaskan, flora yang mempunyai nama latin Garcinia mangostana ini mempunyai batang berkayu keras. Cabangnya teratur, berkulit cokelat, dan bergetah. Kulit kayunya sanggup mengobati penyakit disentri, diare, dan sariawan mulut.

Dua buah kulit manggis dicuci, kemudian dipotong-potong, sebelum kesannya direbus dengan empat gelas air hingga volumenya tinggal tersisa setengahnya. Rebusan kulit manggis yang sudah hambar dan disaring bisa ditambahkan dengan madu dan diminum dua kali sehari untuk melihat hasil pengobatannya terhadap penyakit disentri yang diderita.

"Sama halnya menyerupai cara pengobatan penyakit disentri, untuk menyembuhkan diare pun tinggal dilakukan langkah serupa. Namun, dengan volume air yang lebih sedikit, hanya tiga gelas saja banyaknya," kata anggota Panitia Nasional Pengembangan Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan ini .

Untuk mengobati sariawan, langkah yang dilakukan pun sama saja dengan mekanisme pembuatan ramuan penyembuh diare. Hanya , air rebusan hasil saringan cukup dipakai untuk berkumur-kumur dan diminum sebanyak tiga hingga enam kali dalam sehari.

Akar manggis bersifat tunggang. Manggis juga mempunyai akar samping tak berbulu yang jumlahnya sedikit, tapi mendalam. Pertumbuhan akarnya lambat, gampang rusak, dan terganggu akhir lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga luas kontak antara akar dan media tumbuh sempit. Buruknya sistem perakaran pada tumbuhan manggis mengakibatkan sulitnya absorpsi hara. Meski demikian, akar manggis tetap mempunyai khasiat yang khas, yaitu sanggup mengobati haid yang tidak lancar.



Literatur yang lain menyebutkan kulit buah manggis yang bersifat antibiotik juga berguna mengobati penyakit radang susukan kemih, radang amandel, pendarahan usus, obat cacing, wasir, borok, tumor dalam rongga ekspresi dan tenggorokan.

Dalam paparannya, Sidik juga menjelaskan aspek farmakologi dari tumbuhan manggis yang diperoleh dari sejumlah penelitian. Kulit buah manggis diketahui mempunyai daya antimikroba terhadap beberapa jenis bakteri.

"Kulit buah manggis juga bersifat antijamur," ujarnya. Aktivitas antijamur hasil isolasi beberapa xanton (salah satu jenis zat warna dari manggis) yang berasal dari kulit buah manggis dan beberapa derivate mangostin terhadap jamur Fusarium oxysporum f. sp. Vasinfectum, Alternaria tenuis, dan Drechela oryzae sanggup menghambat pertumbuhan semua jamur tersebut.

Telah dilakukan pula penelitian terhadap acara xanton dari manggis terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik metisilin. Hasilnya memberikan bahwa satu isolate aktif, alfa-mangostin, yang merupakan salah satu derivate xanton menghambat pertumbuhan kuman tersebut dengan MIC sebesar 1,57-12,5 µg/mL.

Penelitian antiinflamasi dari kulit buah manggis dilakukan dengan memakai mangostin dari ekstrak etanol 40%, mempunyai acara penghambatan yang berpengaruh terhadap pelepasan histamine dan sintesis prostaglandin E2 sebagai perantara inflamasi. Ekstrak metanol kulit buah manggis mempunyai imbas meredam radikal bebas yang kuat.

Selain itu, ekstrak metanol mangostin dari kulit buah manggis sanggup menghambat sel kanker dan sanggup mengakibatkan apoptosis pada sel kanker payudara serta menghambat produksi spesies oksigen reaktif sebagai radikal bebas. Berdasarkan penelitian tersebut, mangostin dari ekstrak metanol kulit buah manggis mempunyai potensi sebagai kemopreventif terhadap kanker.

Studi terhadap acara antikanker pada enam xanton yang diekstraksi dari kulit buah manggis secara invitro pada sel leukemia insan diperoleh hasil bahwa semua xanton yang diuji menghambat pertumbuhan sel kanker dan menginduksi apoptosis. Efek terkuat dalam menghambat pertumbuhan sel kanker tersebut dilakukan oleh alfa-mangostin.

"Melihat tingginya kandungan kimia yang dimiliki manggis, potensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut cukup besar. Baik dalam bidang farmasi maupun bidang lainnya," kata Sidik menutup pemaparannya.

pikiran-rakyat.com

0 komentar