21.11.08

BROTOWALI

BROTOWALI

(Tinospora crispa Miers. Hool. f. & Thems)


Nama latin : Tinospora crispa / T. Tuberculata / T. rumphii / Cocculus crispum /
Menispermum crispum / M. tuberculatum / M. verrucosum
Indonesia : Andawali / Putrawali / Daun gadel
Nama lokal : Baru cina (Indonesia, Sumatera), Daun manis, brobos krebo; Beunghar kucicing, jukut lokot mala,
suket gajahan (jawa); Kolo, goro-goro cina (Maluku), Daun Sudamala, cam cao; Ai ye (
China).;
Familia : Menispermaceae
Tanaman brotowali memiliki rasa yang sangat pahit sekali. Rasa pahitnya menekak, seakan tidak mau hilang dari lidah. Sudah sangat lama brotowali digunakan sebagai tanaman obat secara turun-temurun. Tanaman ini berasal dari Asia Tenggara (Indo Cina), penyebarannya ke Filipina, Semenanjung Melayu, dan Indonesia khususnya Jawa, Sumatra, Bali dan Ambon.
Brotowali termasuk tumbuhan merambat, setengah berkayu dengan batang berwarna hijau penuh benjolan dan banyak mengandung air. Daunnya berbentuk jantung dengan lebar 6 hingga 12 cm, warna daun hijau muda sampai hijau tua. Memiliki bunga berwarna hijau dengan 6 mahkota yang akan menjadi bakal tunas. Bunga makin lama akan berubah menjadi merah dan putih, dan akhirnya menghasilkan buah berwarna merah muda.
Kandungan dan manfaat:
Kulit-batangnya mengandung zat-zat seperti alkaloida dan damar lunak berwarna kuning sedang akarnya mengandung zat berberin dan kolumbin. Kandungan alkaloid berberina berguna untuk membunuh bakteri pada luka. Brotowali juga bermanfaat untuk menambah nafsu makan dan menurunkan kadar gula. Zat pahit pikroretin dapat merangsang kerja urat saraf sehingga alat pernapasan bekerja dengan baik dan menggiatkan pertukaran zat sehingga dapat menurunkan panas.
Sifat kimia dan efek farmakologis Rasa pahit, pedas, hangat. Menghilangkan rasa dingin, menghilangkan sakit, menghentikan perdarahan (hemostatic), melancarkan peredaran darah, mencegah keguguran, mengatur menstruasi. Herba ini masuk meridian ginjal, paru dan limpa.
Kegunaan
Umumnya diminum sebagai tonikum seperti kinine. Di Indo Cina semua bagian tumbuh-tumbuhan dipakai sebagai obat demam sebagai pengganti kinine. Di Filipina Brotowali dianggap sebagai obat serba bisa antara lain dipakai untuk mengobati penyakit gila. Di Bali batangnya dipakai sebagai obat sakit perut, demam dan sakit kuning, bahkan sebagai obat gosok untuk mengobati sakit punggung dan pinggang. Di Jawa air rebusannya digunakan dalam hal demam jujuh, dan sebagai obat luar untuk luka dan gatal-gatal. Pada awal abad ke-20, kulit yang ditumbuk dipakai untuk mengobati sakit gula. Tumbuhan ini juga digunakan sebagai pengatur haid dan obat kencing. Batangnya (sesudah direbus airnya) biasanya digunakan untuk obat sakit perut, demam, sakit pinggang, obat mencret dan obat cacing. Bila dicampur dengan minyak dan belerang maka bisa digunakan sebagai obat luar untuk kudis. Air rebusannya untuk obat borok sifilis. (Pada umumnya daunnya dipakai sebagai obat borok). Batangnya dijual di pasar-pasar dan dikenal dengan nama "batang Brotowali". Zat pahit dari Brotowali adalah pikroretin; akarnya rnengandung berberin dan kolombin. Pada beberapa penyelidikan dengan kelinci, obat ini ternyata sedikit khasiatnya melawan demam. Obat yang baru, jika ditelan akan menambah rekresi lendir dan ternyata air rebusan memberi ketenangan pada tikus, dengan demikian pemakaiannya bermanfaat dalam menangani penyakit kesadaran (psychosis) dan mungkin pula sakit gila.


Efek samping
30% pasien yang memakai rebusan daun A. argyi mempunyai keluhan mulut kering, rasa tidak enak di lambung (yang terbanyak), mual, muntah, mencret dan pusing, yang hilang bila memakai minyak daun A. argyi.

0 komentar